Harga Minyak Turun Tipis Direm Situasi Suriah Usai Assad Jatuh
Bengkulu, PaFI Indonesia — Harga minyak mentah turun sedikit pada perdagangan Selasa (10/12) setelah sempat naik 1 persen kemarin.
Namun, kondisi Suriah setelah digulingkannya Presiden Bashar al-Assad oleh pemberontak, serta kebijakan fiskal China berhasil meredam harga anjlok terlalu dalam.
Harga minyak mentah Brent turun 13 sen atau sekitar 0,2 persen menjadi US$72,01 per barel. Sementara, harga minyak mentah West Texas Intermediate AS (AS) turun 14 sen atau 0,2 persen ke US$68,23 per barel.
Meskipun Suriah bukan produsen minyak utama, tetapi negara itu berlokasi strategis dan memiliki hubungan yang kuat dengan Rusia dan Iran, para produsen minyak anggota OPEC+.
Perubahan rezim di Suriah dapat meningkatkan ketidakstabilan regional. Kekhawatiran ini menjaga harga minyak dari ‘longsor’.
“Meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah setelah runtuhnya pemerintah Suriah telah menambahkan sedikit premi risiko pada harga minyak mentah,” kata ANZ Research dikutip Reuters.
Harga minyak juga ditopang laporan bahwa Tiongkok akan mengadopsi kebijakan moneter yang cukup longgar tahun depan. Pelonggaran ini diharapkan dapat memacu pertumbuhan ekonomi di negara pengimpor minyak terbesar dunia tersebut.
Selain itu, penurunan inflasi konsumen Tiongkok ke level terendah dalam lima bulan pada November menyeret sentimen investor. Analis memperkirakan harga minyak mentah akan diuntungkan dari stimulus fiskal China.
“Saya pikir pelemahan pagi ini akan terbukti menjadi peluang pembelian yang baik, dengan harapan minyak mentah akan bergerak menuju puncak kisaran terkininya sekitar US$72,50 per barel,” kata Tony Sycamore, analis di IG.
Ketegangan ini lantas menambah tekanan bagi para investor, memperparah kerugian pasar minyak yang sebelumnya telah amblas secara teoritis dengan kemungkinan kerugian 1 mb/day.
Terlebih pada Kamis pekan lalu, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, memutuskan untuk menunda dimulainya kenaikan produksi minyak selama tiga bulan hingga April dan memperpanjang penghentian penuh pemotongan produksi selama satu tahun hingga akhir tahun 2026.
Dengan demikian, mungkin akan ada penurunan dukungan untuk harga minyak dalam jangka pendek. Dalam kasus ini, premi WTI dapat turun 10 dolar per barel hingga harganya
dipatok turun di bawah 60 dolar AS mengutip dari Forbes.
Meningkatkan kekhawatiran investor terhadap kesehatan ekonomi Suriah
sebagai importir minyak mentah terbesar di dunia, hingga mereka kompak melakukan wait and see.